25 Oktober 2009

Manajemen Siaran Produksi Dakwah !!

TENTANG REPORTER, PENYIAR - PENYAJI,

AKTOR DAN BINTANG TELEVISI

1. Pengertian Reporter :

Seseorang yang ditugaskan untuk melakukan liputan. Reporter diharapkan muncul dalam paket berita yang tengah dikerjakan. Sebelum kita mulai terjun kelapangan untuk melakukan kegiatan reportase atau peliputan , kita harus mengenal terlebih dahulu perbedaan antara membuat berita dan mengkreasikan ( menciptakan ) berita.

Yang dimaksud dengan membuat berita adalah reportase di lapangan tentang hal-hal yang sudah ditentukan lebih dulu, seperti undangan , press conference atau liputan terencana lainnya yang tematis. Istilah lain reportase model ini adalah liputan yang sudah direncanakan.

Sementara yang dimaksud dengan mengkreasikan ( menciptakan ) berita, adalah reportase di lapangan tentang hal-hal yang tak terduga atau belum direncanakan lebih dulu, seperti kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan kejadian tak terduga lainnya.

A. Membuat berita :

Jika kita berkunjung ke sebuah perusahaan penerbitan pers, kita akan melihat kebiasaan satu dua orang wartawan yang kurang kreatif, yakni menunggu press release ( siaran pers ) dari instansi lain. Dari press release itulah dia membuat berita atas nama dirinya. Denga demikian tanpa keluar dari kantor pun tiap hari dia bisa membuat berita. Memang praktik pengiriman press release ini selalu ada di setiap perusahaan pers, namu menurut penulis cara membuat berita seperti ini tidak membuat wartawan terpacu untuk menciptakan berita-berita menarik dan inovatif.

Selain menunggu press release ada juga wartawan yang lebih suka mengambil bahan berita dari kantor berita asing. Kemudian diterjemahkan dalam bahsa Indonesia dan jadilah berita ini menjadi milik yang bersangkutan. Untuk itu kebiasaan kedua ini agaknya lebih baik, karena dengan cara seperti itu wartawan yang bersangkutan akan terbiasa menterjemahkan bahsa asing. Hal ini bisa dijadikan modal ketika ia akan beralih ke media televisi, karena salah satu tes untuk diterima di televise adalah menonton tayangan dari kantor berita asing dan melakukan re-writing ke dalam bahsa Indonesia cara kedua ini pun masuk dalam kategori membuat berita, bukan menciptakan berita.

Bagaimana cara memadukan kebiasaan membuat berita ini dengan usaha menciptakan berita? Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang wartawan dalam upaya mengalihkan kebiasaan membuat berita menjadi menciptakan berita :

1. Mengambil beberapa sumber dan meramunya menjadi sebuah berita baru.

2. Mengambil beberapa referensi berita yang ada untuk kemudian membuat berita baru dengan sudut pandang ( angle ) yang berbeda.

3. Mengambil referensi lain yang sesuai untuk menciptakan sebuah berita baru yang jauh lebih bernuansa.

Ada prinsip reporter yang harus dijunjung tinggi “ pantang pulang tidak membawa berita ” maksud nya setiap reporter yang sudah keluar dari kantor, ketika kembali ke kantor harus membawa berita actual. Lebih bagus untuk reporter adala memilki ide lalu mengaplikasikannya menjadi sebuah berita televise maka sebetulnya kita sudah melakukan kegiatan mengkreasikan berita.

B. Jenis reportase :

Menyangkut kegiatan peliputan berita di lapangan, Frans ambudi (reporter) SCTV menyebutkan ada dua jenis peliputan yakni : peliputan tidak terencana dan peliputan terencana.

Peliputan tidak terencana biasanya mengandalkan fakta dan peristiwa. Unsure-unsr apa, siapa, di mana, dan kapan harus langsung terjawab pada saat peliputan. Dalam peliputan jenis ini biasanya akan didapat kesaksian tentang suatu peristiwa, narasumbernya pun diperoleh secara mendadak. Atau bisa jadi seorang reporter yang terjebak dalam suatu situasi sehingga dia harus melaporkannya kepada khalayak.

Peliputan tidak terencana juga bisa merupakan penugasan mendadak dari redaksi, sehingga mau tidak mau sang reporter terjun ke lapangan. Karena itu coordinator liputan harus sensitive dengan objek-objek berita yang bisa menjadi suatu keunggulan stasiun TV-nya.

Bagaimana dengan peliputan terencana? Sesuai namanya jenis peliputan ini lebih muah tapi penuh tantangan. Karena sudah terduga dan terencana, maka fakta, peristiwa dan data dapat diperoleh lebih lengkap dan akurat. Peliputan jenis ini dapat melibatkan analisis reporter serta latar belakang di balik sebuah peristiwa secara lebih terperinci

Selain peristiwa hangat dilapangan , jenis peliputan terencana bisa dikembangkan menjadi beberapa siaran news, seperti :

1. Siaran langsung ( live )

2. Talk show

3. Debat politik

4. Feature

5. Investigasi

Dalam melakukan peliputan terencana ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan secara optimal yakni :

1. Dokumentasi berupa buku, kliping, transaksi, laporan, dan lainnya

2. Narasumber, saksi, korban, pelaku, pakar, pengamat, pejabat dan lainnya

3. Internet, dengan berbagai website yang ada di dalamnya.

Setelah meliput di lapangan seorang reporter harus menyusunnya dalam bentuk skrip ( naskah ) berita. Naskah berita dibuat dengan model dua jalur seperti dilihat pada lampiran berikut.

REPORTER STAND UP :

Stand up artinya seorang reporter langsung melaporkan suatu kejadian peristiwa atau kondisi objek berita langsung dari tempat. Tidak selamnya seorang reporter mampu stand up di hadapan kamera. Biasanya demam kamera dan perasaan grogi akan menyelimuti para reporter yang baru terjun di lapangan. Reporter harus mamp menguasai perasaan, suara, dan hal psikis lainnya berkaitan dengan pristiwa atau kondisi saat dia melaporkan. Dengan kata lain mental set seorang reporter pada saat stand up harus prima, terutama daya improvisasinya.

Pada saat stand up seorang reporter dilengkapi dengan catatan kecil yang menjadi pointer kejadian atau kondisi yang harus dilaporkan, tapi detail narasinya harus diimprovisasikan sendiri. Dan yang tidak kalah penting adalah kontak mata antara reporter dengan penonton harus tetap dijaga, karena ribuan bahkan jutaan penonton sedang menontonnya dirumah.

Stand Up seorang reporter dimungkinkan karena adanya system ROSS yang berlaku di dunia jurnalistik televise.

System ROSS menurut Hartoko[1] dibedakan menjadi 4 :

1. Reportase On the Spot and on the Screen

2. Reportase On the Spot but off the Screen

3. Reportase Off the spot and on the Screen

4. Reportase Off the Spot but Off the Screen

Reporter yang stand up melakukan system ROSS yang pertama, yakni melaporkanlangsung dari tempat kejadian ( On The Spot ) dan muncul di layar ( on The Screen ). Ada dua kemungkinan stand up. Pertama, stand up yang di lakukan secara live ( lansung dri tempat kejadian ). Untuk keperluan ini pihak stasiun TV harus menggunakan SNG ( satellite News Gathering ) yang dihubungkan dengan Anchor di studio. Kedua, Stand up rekaman yang dibuat untuk keperluan paket berita.

Untuk yang pertama, seorang reporter harus betul-betul prima dalam melaporkan langsung dari tempat kejadian. Jangan sampai ada kesalahan karena langsung disiarkan kepada pemirsa. Kesalahan sedikit saja akan membuat reportase yang mengecawakan penonton. Sementara yang kedua, jika ada kesalahan bisa di ulang sampai menghasilkan stand up yang baik.

ALASAN STAND UP

Berdasarkan system ROSS yang lazim berlaku di dunia reportse TV[2], seorang reporter melakukan Stand Up karena beberapa alasan :

1. Memuaskan pemirsa

2. Memperlihatkan Faktualitas

3. Mengejar aktualits

4. Memperlihatkan How To

5. Bukti otentik

6. Mendekatkan diri secara psikologi

TIPS STAND UP

Seorang reporter yang akan melakukan Stand up sebaiknya mempersiapkan diri secara prima. Ada beberapa tips yang perlu diperhatikan :

1. Cek peralatan syuting ( kamera, mic, kabel, lampu ) sebelum melakukan stand up.

2. Jika peralatan sudah siap kemudian siapkan fisik dan mental kita. Termasuk busana kita agar tidak kelihatan norak atau tidak enak dipandang.

3. Pilihlah lokasi yang memungkinkan juru kamera leluasa mengambil gambar, termasuk soal penerangan dan gerakan kamera.

4. Aturlah komposisi yang pas dengan cara tetap memperlihatkan latar belakang lokasi kejadian. Untuk mendapatkan komposisi yang baik maka gunakan Frame KS ( knee shot ) agar dibackground tetap terlihat pemirsa. atau bisa juga dengan LS (Long shot )

5. Reporter tidak diharuskan ditempat tengah, tapisesuaikan dengan background lokasi kejadian. Jika dipaksakan centered bisa terkesan kaku dan background tidak mendukung.

6. Buatlah catatan kecil sebagai pointer pada secari kertas yang memuat hal-hal penting.

7. Jika kamera sudah ON maka mata harus selalu melihat lensa kamera. Lensa merupakan wakil mata penonton kalau sampai melenceng maka stand up gagal karena memutuskan kontak mata dengan pemirsa.

8. Konsentrasi itu hal penting untuk kesempurnaan reportase kita.

9. Kita tidak boleh terpaku seperti patung, gunakan gesture tubuh atau bila perlu bisa berjalan-jalan untuk mendeskripsikan suatu kejadian.

10. Aturlah suara sebaik mungkin jangan gagap usahakan lancer dan jelas pengucapannya pakailah headphone untuk mengatur lembut keras suara.

11. Tutuplah laporan sesuai dengan jenis beritanya yang dilaporkan, jika memperoleh hal sedih maka tutuplah degan suara dan mimic muka ikutan prihatin. Sebaiknya jika melaporkan hal-hal yang menggembirakan sunggingkan senyum ketika menutup laporan.

Yang penting adalah Improvisasi[3] yang paling harus diperhatikan , untuk bisa improvisasi, seorang reporter harus banyak menambah wawasan dan juga mengasah kreativitas serta intelektualitas. Pada saat stand up itulah integritas, smart atau tidaknya seorang reporter dipertaruhkan. Biasanya pihak redaksi mempunyai pertimbangan khusus untuk reporter yang akan melakukan stand Up, sebab kredibilitas stasiun TV bisa tercoreng hanya karena segelintir reporter yang gagal melakukan stand Up.

2. Pengertian Penyiar :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Penyiar adalah “ orang yang menyiarkan dan penyeru pada radio. M.Habib Barri dalam bukunya yang berjudul “ Teknik dan Komunikasi penyiar Televisi dan Radio MC sebagai pengetahuan Praktis” menerangkan bahwa pengertian Penyiar adalah “ seorang yang bertugas menyebarkan ( syiar ) sesuatu atau lebih suatu Informasi yang terjamin akurasinya dengan menggunakan radio dengan tujuan untuk diketahui oleh pendengarnya, untuk dilaksanakan, dipatuhi, dan dipahami. Sedangkan menurut Thomdike dan Barnhart dalam bukunya yang berjudul “Junior Dictionary” mengatakan bahwa penyiar adalah person who make announcements over the radio ( orang yang memberitahukan sesuatu melalui Radio ).

Dan menurut Onong Uchjana effendi dalam bukunya “Radio siaran –Teori dan Praktek “ mengatakan Penyiar adalah Orang yang menyajikan materi siaran kepada para pendengar.

Chester, Garishon dan willis dalam bukunya “ Television and Radio “ mengatakan Penyiar dalam sebuah station memainkan banyak peranan, pada umumnya penyiar adalah juru bicara station radio siaran. Di belakang layar studio penyiar juga memiliki peranan penting yang memilki tugas lain sesuai keterampilan yang dimilkinya. Tentu saja penyiar adalah seorang penampil yang melakukan pekerjaan penyiaran, menyajikan produk komersial, menyiarkan berita/informasi, acting sebagai pembawa acara, pelawak, menghandle olahraga, pewawancara, diskusi, quiz, dan narasi.

Banyak aturan yang menuntut penyiar agar lebih persuasive dan komunikatif pada pendengarnya, semuanya di awali dengan pengenalan untuk memilki pegetahuan/mengetahui tentang karakteristik medium radio.

Sebelum memahami lebih jauh tentang anchor, kami mencoba menggolongkan penyiar atau presenter televise menjadi 3 jenis : Continuity Presenter, Host ( Penyiar sebuah acara ), dan Anchor. Khusus untuk tayangan music MTV ada istilah VJ MTV ( video Jocky music television ).

A. CONTINUITY PRESENTER

Presenter jenis ini adalah mereka yang bertugas mengantarkan acara-acara televise kepada pemirsa. Mereka berfungsi sebagai jeda atau perangkai dari satu acara ke acara lainnya. Penampilan mereka sangat santai. Biasanya mereka akan sedikit mengulas materi yang segera hadir, dengan tujuan mengajak dan menambah pemirsa agar tidak berganti channel ke stasiun TV lainnya. Selain itu penyiar ini sering memberikan kiat khusus berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Keberadaan continuity Presenter ini cukup membantu memasarkan sebuah acara.

B. HOST

Secara umum Host digambarkan sebagai orang yang memegang sebuah acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakan nya. Dengan demikian selain jenis acara, figure host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara. Jika host ya tidak berkarakter maka bisa jadi acara tersebut segera ditinggalkan pemirsanya.

Untuk itusetiap produser sebuah acara harus betul-betul selektif memilih Host artinya, pertimbangan pemilihannya tidak didasarkan dari kecantikannya atau postur tubuhnya atau dandanannya serta popularitasnya, tapi dari integritasnya dan karakternya. Sering kita lihat acara di TV berganti-ganti host hanya karena masalah karakter.

Sebagai contoh Tukul arwana sebagai host dari Bukan empat mata, atau Dahsyat dengan host nya Trio ROL ( Raffi, Olga, Luna ), Dorce dengan Dorce Show nya mereka memilki karakteristik yang sangat kuat tidak hanya mengandalkan kecantikan atau ketampanan tetapi juga pembawaan.

C. ANCHOR

Jenis presenter yang ketiga ini adalah anchor, jika istilah host lebih banyak digunakan kepada seseorang yang membawakan acara non-berita, maka istilah anchor khusus diberikan kepada seseorang yang membawakan atau menyajikan berita. Mari kami kenalkan istilah-istilah yang mungkin bisa menambah pengetahuan kita bersama dalam mempelajari mata kuliah ini .

NEWS PRESENTER

Newspresenter, secara umum, adalah orang yang mempresentasikan sebuah program berita di TV, Radio, atau Internet. Istilah ini tidak digunakan secara umum oleh orang di dalam industri (pertelevisian), karena mereka cenderung menggunakan istilah yang lebih terdeskripsi atau kadang-kadang khusus (sesuai negara). Contohnya adalah “newsreader“, “newscaster“, dan “newsanchor“.

Pembedaan Peran[4]

Newscaster

Newscaster adalah presenter berita yang dia sendiri adalah sebagai reporter aktif, yang juga berperan dalam proses pembuatan naskah berita bagi bulletin berita tersebut.

Sebelum era televisi, siaran berita radio sering mencampurkan antara berita dengan opini di mana masing-masing presenter memiliki gaya yang berbeda-beda. Presenter semacam ini sering pula disebut sebagai komentator. Presenter berita terakhir dalam tipe ini adalah Paul Harvey. Istilah newscaster menjadi umum untuk membedakan antara presenter dari berita umum dengan komentator.

Akan tetapi, di Inggris, presenter yang bekerja di ITN sering disebut sebagai newscaster (sudah dimulai semenjak 1950-an), sementara yang bekerja di BBC menyebut diri dengan newsreader.

Newsanchor

Di Amerika Serikat dan Kanada, presenter dari program berita, lebih sering disebut sebagai newsanchor (kadang kala disebut anchorperson, anchorman, atau anchorwoman), dan bukan sebagai “newscaster“. Anchorman adalah orang yang mempresentasikan materi yang telah dipersiapkan untuk program berita, dan, kadang kala, harus pula berimprovisasi komentar untuk presentasi langsung. Banyak newsanchor yang terlibat juga dalam proses pembuatan atau pengeditan berita.

Istilah “anchorman” pertama kali dikemukakan oleh produser Don Hewitt, dan PBS mencatat penggunaan pertama kali pada tanggal 7 Juli 1952, untuk mendeskripsikan peran Walter Cronkite dalam Konvensi Partai Republik dan Partai Demokrat. Menurut Hewitt, istilah ini mengacu pada “anchor leg” dalam balapan relay.

Menurut:(http://id.wikipedia.org/wiki/Pembawa_berita)

PEMBAWA BERITA

Presenter berita adalah orang yang membawakan atau mengantarkan acara berita di televisi atau radio. Istilah ini biasa dipakai di industri televisi di Indonesia dan merupakan padanan penyiar berita yang juga banyak dipakai di radio. Secara internasional dikenal tiga kategori yakni pembaca berita ( newsreader ), penyiar berita ( newscaster ), dan jangkar berita ( anchor ).

Perbedaan peran[5]

Pembaca Berita

Pembaca berita adalah pembawa acara yang berperan membacakan berita. Dalam dunia modern, teknologi memungkinkan para jurnalis melakukan siaran langsung dari lokasi kejadian, sehingga mengurangi peran utama sang pembaca berita.

Sejak tahun 1980-an banyak lembaga penyiaran yang berpindah dari sekedar memakai pembaca berita, yang kebanyakan adalah aktor yang sekedar membacakan naskah yang ditulis orang lain dan tidak punya peran dalam peliputan berita. Stasiun seperti TVRI juga berpindah menggunakan penyiar berita yang terlibat dalam pembuatan berita dan bukan sekedar membacakannya.

Penyiar berita

Penyiar berita adalah orang yang menyiarkan program berita dan ia juga bekerja sebagai jurnalis and ikut dalam peliputan berita atau produksi berita, yakni aktif ikut serta dalam membuat naskah berita yang akan dibacakannya. Istilah ini diperkenalkan di tahun 1980an untuk membedakan jurnalis aktif dari pembaca berita, jenis presenter berita sebelumnya.

Penyiar berita ( anchor ), newscaster, atau newsreader adalah mereka yang membawakan siaran berita. Tugas-tugas[6] mereka sebenarnya memilki perbedaan antara satu dengan yang lainnya.

Jangkar berita

Jangkar ( telangkai ) berita atau news anchor, adalah jurnalis televisi atau radio yang membawakan materi berita atau hanya merangkai dari satu topic berita ke topic berita yang laindengan membacakan Leads ( teras berita ) dari masing-masing berita tersebut. Sedangkan isi selengkapnya dilaporkan oleh reporter. dan sering terlibat memberikan improvisasi komentar dalam siaran langsung. Istilah ini utamanya dipakai di Amerika Serikat dan Kanada. Banyak news anchor terlibat dalam penulisan dan/atau penyuntingan berita bagi program mereka sendiri. News anchor juga mewawancara narasumber di studio atau memandu program diskusi. Banyak juga yang menjadi komentator dalam berbagai program berita.

Istilah anchor ( juga anchorperson, anchorman, atau anchorwoman ) diperkenalkan oleh produser CBS News Don Hewitt. CBS pertama kali memakainya pada 7 Juli 1952 untuk menjelaskan peran penyiar Walter Cronkite pada saat Konvensi Nasional Partai Demokrat dan Republik.

Walaupun penyiar berita bertugas membaca naskah berita yang telah disediakan redaktur tetapi ia bukan sekedar membaca tetapi menuturkan menyampaikan atau menyajikan sehingga harus mampu meyakinkan pemirsa. Adapun Standart Operating Prosedure ( SOP )[7] penyiar berita adalah :’

1. Persiapan

a. Sudah harus hadir diruang pemberitaan minimal satu jam sebelum siaran dimulai dan tidak diperbolehkan meninggalkan tempat hingga siaran berita usai.

b. Sudah dalam keadaan siap tampil ( make-up, busana, tata rambut ).

c. Mempelajari urut-urutan berita untuk siaran sekarang

d. Memahami pengucapan ( pronounciation) yang benar untuk nama-nama asing atau istilah lain, jika ragu-ragu chek kamus.

e. Jika penyiar berita terdiri atas dua orang atau tiga pastikan tidak terjadi tumpang tindih pembagian item berita yang telah diatur dari redaktur.

f. Melakukan chek isi naskah berita.

g. Konsultasikan dengan kepala redaksi atau produser jika ada yang meragukan atau ingin mengganti kalimat yang lebih pas.

h. Jika harus berwawancara apakah langsung atau melalui telepon, koordinasikan isi pertanyaan yang akan diajukan dengan kepala redaksi atau produser.

i. Chek isi kalimat yang akan di telepormpter-kan jangan ada yang salah.

j. Lakukan latihan pelaksanaan tugas.

2. Di Studio

a. Sudah harus berada di studio paling tidak 15 menit sebelum jam siaran

b. Sudah siap dengan naskah yang akan dibaca dan sesuai urutan

c. Pastikan isi kalimat di teleprompter dan mengatur kecepatan sesuai dengan kemampuan

d. Pastikan keberadaan mikrofon sudah siap apakah menggunakan jenis clip-on atau tie-tac atau desk stand.

e. Pastikan bahwa posisi duduk atau berdiri jangan ketinggian.

f. Perhatikan monitor TV atau pengarah lapanga ( FD ) yang akan member tanda kapan anda mulai bicara.

g. Jika menggunakan head set pastikan bahwa saudara dapat mendengar instruksi dari production control.

h. Jika harus mewawancarai seseorang di studio,pastikan dimana posisi orang yang akan diwawancarai.

D. PRASYARAT MENJADI PRESENTER

Menurut RM. Hartoko[8], untuk menjadi penyiar TV yang baik, diperlukan kepribadian yang tepat. Ia menyebutkan beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televise yang baik, yakni :

1. Penampilan yang baik dan perlu didukung pula oleh watak dan pengalaman. Tidak cukup hanya good looking wanita cantik atau pria tampan. Bagi wanita diperlukan wajah yang menarik serta pengawakan yang baik, sedangkan bagi pria perlu memilki kemampuan membawakan dirinya.

2. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya peneyesuaian dan daya ingatan yang kuat sehingga mampu mebawakan announcements di depan kamera dengan enak dan jelas, tanpa membaca kalau perlu semua hafal dan dilatih sendiri sesempatnya dalam menit-menit sebelum tampil.

3. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjdai tidak wajar.

4. Jenis suara yang epat dengan warna suara yang menyenangkan untuk didengardan memilki wibawa yang mantab.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prasyarat bagi calon presenter yang baik adalah seorang yang enak dilihat dan enak didengarkan dalam membawakan acara siaran, serta menunjukan kepribadian yang wajar. Kebanyakan orang merasa malu ( self conscious ) atau gugup bila menghadapi mikrofon dan kamera TV. Penyiar TV harus dapat mengatasi “ demam mikrofon”, “demam kamera” dan ‘ demam panggung”. Penyiar TV juga harus bisa mengendalikan sikap/gerakan dan perasaan ( motions /emotions ) dalam memelihara intimacy ( kedekatan ) dengan pemirsa melalui kontak mata ( eye contack ).

Hartoko menambahkan, masalah mental yang dihadapi oleh setiap penyiar TV ialah bagaimana supaya merasa akrab setullusnya terhadap penerima yang terdiri atas pemirsa yang tidak dilihatnya. Dalam pendekatan harus pula punya rasa berhubungan perorangan, berbicara kepada lensa kamera dengan nada percakapan 9 conversational tone ). Penyiar TV yang baik selalu menyadari bahwa ia menghadapi pemirsa-pemirsa sebagai ‘human being’, karena itu memerlukan pula pengalaman dalam pergaulan dengan orang banyak.

Menurut Boyd ( 1990 0 seorang penyiar berita ( newscaster/anchor) harus memilki :

1. Otoritas

2. Kredibilitas

3. Kejelasan dan kejernihan suara

4. Komunikatif

5. Kepribadian kuat

6. Profesionalitas yang tinggi

7. Penampilan dan volume suara yang prima.

Berbeda dengan RM. Hartoko, Habib Bari ( mantan kepala Seksi Siaran Televisi stasiun Bandung ) menyebutkan beberapa syarat untuk menjadi penyiar televise adalah :

1. Sehat jasmani/todak cacat tubuh ( terutama untuk penyiar TV /MC )

2. Sehat rohani tidak terganggu jiwanya

3. Berintegrasi tinggi

4. Berpenampilan simpatik

5. Mampu berbicara dengan jelas dan baik

6. Bersuara yang menarik

7. Berpengetahuan luas baik pengetahuan umum maupun bahasa.

8. Sabar tetapi cekatan dan lincah

9. Berwawasan luas

10. Memilki rsa humor yang tinggi

11. Cepat dapat menyesuaikan diri dengan keadaan

12. Teguh, disiplin, kaya imajinasi, jujur tulus ( sincere ).

3. Pengertian Aktor :

Tidak bedanya dengan penyiar, bintang televise atau artis, seorang actor bahwa kehadirannya di layar televise menjadi daya tarik selain harus menampilkan diri pada situasi dirinya yang sesungguhnya, actor juga harus mampu menutupi emosi dirinya dengan gaya dan acting yang dikehendaki oleh kondisi dan situasi pada saat itu.

Menurut Kamus Ensiklopedia , Aktor adalah Pria yang berperan sebagai pelaku dipementasan cerita, drama dan sebagainnya. Dipanggung radio televise atau film, orang yang berperan disatu kejadian penting.

Aktor dituntut untuk berwajah ceria, gembira, optimis, segar, rapih, walaupun dia dalam keadaan duka dan dirundung


[1] Jurnalistik televisi “ Teori dan Praktik “, Askurifai Baksin ; Simbiosa Rekatama Media h. 148

[2] Jurnalistik televisi “ Teori dan Praktik “, Askurifai Baksin ; Simbiosa Rekatama Media h. 149

[3] Jurnalistik televisi “ Teori dan Praktik “, Askurifai Baksin ; Simbiosa Rekatama Media h. 151

[4] Google searching

[5] Google searching

[6] Jurnalistik Televisi “ menjadi reporter professional ” , deddy Iskandar muda. h. 172

[7] Jurnalistik Televisi “ menjadi reporter professional ” , deddy Iskandar muda. h. 174

[8] Jurnalistik televisi “ Teori dan Praktik “, Askurifai Baksin ; Simbiosa Rekatama Media h. 151

Tidak ada komentar:

Posting Komentar