21 Agustus 2009

MARHABAN YAAA RAMADHAN....

Marhaban ya ramadhan

Ramadhan, Bulan Penuh Berkah

“Sekiranya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang terdapat di bulan Ramadhan, tentulah mereka mengharapkan agar seluruh bulan adalah bulan Ramadhan” [HR. Ibnu Huzaimah]

Sesungguhnya shaum bulan Ramadhan merupakan salah satu syiar yang menyatukan kaum muslim, dan mengingatkan mereka bahwa Rabb mereka adalah satu, agama mereka pun satu, kiblat mereka sama, dan tujuan mereka juga satu. Lebih dari itu, Ramadhan semakin mengokohkan bahwa mereka adalah umat yang satu, berbeda dengan umat manusia lainnya. Juga, mengingatkan mereka bahwa umat yang berakar ini tidak boleh tetap dalam keterpecahbelahan menjadi lebih dari lima puluh negara boneka kecil-kecil. Tidak boleh juga tetap tanpa Khilafah yang menyatukan mereka, serta tidak boleh terus menerus tanpa penerapan syariat Islam yang menjadikan merekamulia dan bahagia.

Dengan datangnya bulan Ramadhan yang diberkati maka lebih pantas bagi kaum Muslim sejenak berdiam diri sebagaimana dilakukan di setiap bulan Ramadhan, untuk melakukan koreksi (muhasabah) dan pengkajian. Koreksilah diri kita sendiri sebelum kita dihisab oleh Allah SWT. Apa andil masing-masing kita yang sudah diberikan terhadap Islam hingga saat ini? Apakah telah berupaya menghidupkan hukum-hukum Islam yang telah hilang? Apakah mematikan bid’ah dan menghidupkan Sunnah? Apakah telah melakukan amar ma’ruf nahi munkar? Apakah turut mengemban dakwah Islam serta bergabung dalam aktivitas untuk mengembalikan Khilafah Islamiyah? Atau kita ridha dengan kondisi dan aktivitas yang sebaliknya? Dan apakah kita berdiam diri dari aktivitas untuk menerapkan syariat Islam seraya ridha hidup dibawah syariat (hukum) kufur?

Umat Islam pada tahun ini merasa ditekan dan didzalimi lebih keras lagi dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Pada saat yang sama diri umat merasakan tidak ada yang dapat melepaskannya dari keburukan yang menimpanya selain Allah SWT. Umat merasa, kini semua pihak telah mengerumuninya dan dengan rakus merobek dan memakan dagingnya. Hal itu telah diuraikan dan disinggung oleh Rasulullah Saw.:

Kelak, bangsa-bangsa lain akan memperebutkan kalian, sebagaimana (mereka) memperebutkan makanan untuk meremukannya. [HR. Abu Daud dari Tsauban].

Setelah muhasabah ini, kaum Muslim wajib mengkaji kondisi mereka saat ini, lalu membandingkannya dengan kondisi yang mereka alami pada Ramadhan sebelumnya. Mengkaji hal-hal yang menguatkan dan yang melemahkan. Memahami unsur-unsur yang mampu meninggikan, memuliakan dan membangkitkan yang bisa mendorong cita-cita, bahwasanya pertolongan Allah itu adalah dekat. Dan unsur-unsur kemunduran, kehinaan dan keterpurukan yang memperpanjang sampainya pada keberhasilan, bahkan menjadi penghalang jalan kesuksesan. Umat wajib mencermati sebab-sebab tersebut hingga mereka dapat menghindari sebab-sebab kelemahan dan kehinaan mereka, atau menghalangi datangnya pertolongan Allah atas mereka. Lalu, mengambil sebab-sebab yang bisa menguatkan, meninggikan dan memuliakan tadi.

Bertakwa Kepada Allah

Allah telah mewajibkan kita shaum agar kita menjadi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Firman Allah SWT.:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Qs. al-Baqarah[2]: 183).

Allah telah menentukan hikmah bagi orang yang berpuasa, yaitu takwa. Takwa seperti yang didefinisikan oleh sebagian Salafus Shâlih adalah: Takut kepada Allah Yang Maha Agung (al Jalîl), menerapkan wahyu yang diturunkan (at Tanzîl), dan mempersiapkan diri terhadap hari keberangkatan/kematian (ar Rahîl). Takut kepada Allah mampu menjadikan seorang individu dekat dengan Allah dan tunduk kepada-Nya. Ia diselimuti oleh suasana penuh keimanan kuat. Ketahuilah, bahwa peperangan terbesar yang pertama didalam Islam adalah perang Badar yang dilakukan kaum Muslim pada bulan Ramadhan, ketika perasaan mereka diliputi oleh taqarrub kepada Allah. Berkenaan dengan itu Allah berfirman:

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (Qs. al-Baqarah[2]: 216).

Akan tetapi para sahabat ra telah memikul beban yang berat itu dengan rasa senang dan gembira. Dalam hal ini para sahabat ra merupakan sosok terbaik yang patut ditauladani. Mereka adalah generasi terbaik dari umat terbaik yang diturunkan untuk seluruh manusia ini. Puasanya mereka tidak menghalanginya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang amat berat, seperti berperang dan jenis-jenis perbuatan berat lagi mulia lainnya. Bahkan hal tersebut makin mendekatkan diri mereka kepada Allah, dan menambah dorongan pada mereka untuk berkorban, baik harta ataupun yang lain. Demikianlah sejarah telah mencatat perang Badar Kubra terjadi pada bulan Ramadhan, begitu juga penaklukkan kota Makkah al-Mukarramah terjadi di bulan yang diberkati ini.

Para sahabat ra memahami bahwa Allah telah mewajibkan shaum Ramadhan atas kaum Muslim, serta menjadikannya sebagai bulan untuk berlomba-lomba melakukan amal kebaikan dan amal shaleh. Mereka sangat memegang teguh sabda Rasulullah Saw.:

Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah membukakan (dan menurunkan) untuk kalian rahmat, mengosongkan (menghapuskan) kesalahan-kesalahan, mengabulkan doa. Allah Swt melihat persaingan kalian, dan para Malaikat menyenangi kalian. Allah akan menyirami kalian dengan kebaikan. Dan sungguh celaka siapa saja yang telah diharamkan atasnya rahmat Allah ‘azza wa jalla. [HR. Thabrani dari Ubadah bin Shamit].

Itulah yang diraih oleh orang-orang yang takwa dari generasi salaf umat ini berupa keagungan dan kemuliaan dari Allah atas amal mereka. Dan hal itu termaktub didalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Ketahuilah bahwa pertolongan/kemenangan yang Allah janjikan terhadap mereka terjadi di bulan Ramadhan, berupa kemenangan/pertolongan yang amat besar, yaitu penaklukkan kota Makkah. Itulah yang diceritakan Allah di dalam Kitab-Nya yang mulia:

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. (Qs. an-Nashr [110]: 1-2).

Dan firman-Nya pula:

Dan Allah menolong kamu terhadap mereka serta melegakan hati orang-orang yang beriman. (Qs. at-Taubah [9]: 14).

Demikianlah, hal ini merupakan pelajaran bahwa Allah SWT menolong orang-orang yang menolong-Nya, yakni Dia menolong orang-orang yang berpegang teguh kepada dîn-Nya.

Turunya al-Qur’an

Allah SWT telah menurunkan kepada kalian al-Qur’an di bulan Ramadhan. Allah memberi petunjuk melalui al-Qur’an tersebut siapa saja yang mengikutinya, dan menyesatkan siapa saja yang menyimpang darinya. Di dalam al-Qur’an itu terdapat petunjuk, dan penjelas dari petunjuk (berisi keterangan-keterangan tentang hukum), dan pembeda (antara haq dan batil). Allah berfirman:

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (Qs. al-Baqarah [2]: 185).

Lebih dari itu Allah telah menjelaskan segala sesuatu hingga tidak ada satu masalah pun -meski masalah itu senantiasa muncul dan jenisnya bermacam-macam- kecuali ada hukumnya. Allah berfirman:

Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu. (Qs. an-Nahl [16]: 89).

Allah telah mensyariatkan Islam kepada Muhammad saw sebagai satu-satunya agama yang benar, bukan seperti yang disangka oleh kaum kafir. Islam adalah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya, yang mengatur hubungan dengan dirinya sendiri, dan yang mengatur hubungannya dengan sesama makhluk baik manusia maupun makhluk lainnya. Aktivitas menerapkan wahyu yang diturunkan termasuk penerapan hukum-hukum syariat (Islam) secara total di berbagai aspek kehidupan manusia, baik individu, kelompok maupun negara merupakan penyebab hakiki untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim. Dan, didalam penerapan itulah terdapat keagungan dan kewibawaan mereka di depan musuh-musuhnya. Allah berfirman:

Padahal kekuatan (kemuliaan) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, akan tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Qs. al-Munafiqun [63]: 8).

Sebaliknya, jauhnya kaum muslim dari Islam dan hukum-hukumnya, itulah penyebab hakiki kelemahan mereka, ketertinggalan dan kenestapaannya. Firman Allah:

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Qs. Tha’ha [20]: 124).

Sekarang kaum muslim telah sadar bahwa Islam bukanlah semata syiar-syiar ibadah ritual, melainkan merupakan dîn sempurna: akidah, syariat, hukum, politik, dan risalah ke seluruh dunia. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman:

Hari ini, telah Aku sempurnakan bagi kalian dîn kalian, dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhai bagi kalian Islam sebagai dîn kalian. (QS. al-Mâidah [5]: 3).

Kaum muslim juga telah sadar akan kewajiban menegakan Khilafah yang menerapkan Islam secara total. Demikian pula, kaum muslim sekarang telah sadar bahwa Barat kafir membuat tipu daya terhadap Islam serta hendak memadamkan cahayanya. Namun, rugilah Barat dan seluruh kekufuran, Allah SWT berfirman:

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala dîn (agama dan ideologi), walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Qs. at-Taubah [9]: 32-33).


Tuntunan Praktis Amalan Harian

Di Bulan Ramadhan

  1. Jangan lupa berniat Puasa Ramadhan pada malam sebelumnya dan luruskan niat tersebut semata-mata untuk mencari ridho Allah.
  2. Makanlah Sahur dan akhirkanlah
  3. Bersegeralah dalam berbuka, dan janganlah berlebihan
  4. Jagalah diri kita dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa (makan, minum de el el), dan bagaimana seharusnya kita juga menjaga dari hal-hal yang merusak niat puasa kita (berkata/berbuat keji, dll)
  5. Lakukan Sholat Terawih dan perbanyak amalan-amalan sunnah nawafil laennya.
  6. Hidupkan malammu dengan Qiyamul lail
  7. Perbanyak membaca dan mengkaji Alquran.
  8. Perbanyak usaha untuk mengkaji tsaqofah (pengetahuan) Islam.
  9. Perbanyak membaca dua perkara yang bisa menyenangkan Allah (syahadat dan istigfar) dan dua perkara yang sangat kita butuhkan (memohon surgaNya dan perlindungan dari nerakaNya)
  10. Hindari perbuatan keji (bertengkar, mencuri, berzina dll); perkataan keji (ngegosip, bohong, ghibah, mencaci maki dll); juga hindari aktivitas yang sia-sia.
  11. Berburulah malam Lailatul Qadar pada 1/3 akhir Ramadhan, dengan semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas amalan kita.
  12. Perbanyak sadaqoh dan infaq
  13. Jangan lupa mengeluarkan zakat fitrah pada waktunya.


Khutbah Rasulullah Saw.

Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab At-Targhib juz II/217-218 meriwayatkan suatu hadits dari sahabat Salman ra yang mengatakan bahwa Rasul saw pada hari terakhir bulan Sya’ban berkhutbah di hadapan kaum muslimin.

Khutbah singkat Rasul saw tersebut berisi sejumlah informasi dan pesan penting yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Mengingat masa kita yang jauh dari Rasul dan hilangnya gambaran utuh kehidupan Islam dari muka bumi ini.

Ada 13 informasi dan pesan penting dari khutbah singkat Rasul saw di atas, yaitu :

1. Bulan Ramadhan adalah bulan agung (Syahrun ‘Azim) yang penuh berkah (Syahrun Mubarak) yang mempunyai bobot lebih dibanding sebelas bulan lainnya dan disebut sebagai penghulu segala bulan (Sayidus Syuhur).

2. Di dalam keagungan bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang paling bernilai bagi umat manusia yaitu lailatul qadr (malam kemuliaan yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan, sekitar 83 tahun 4 bulan)

3. Pada bulan ini Allah swt mewajibkan shaum sebulan penuh (lihat QS Al Baqarah :183) yang tujuannya adalah agar kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan semaksimal mungkin.

4. Selain mewajibkan ibadah puasa di siang hari, Allah swt menganjurkan ibadah sunnah di malam hari berupa shalat qiyamul lail yang kemudian dikenal dengan shalat tarawih. Sabda Rasul SAW, HR Nasai dan Ahmad

”Sesungguhnya Allah telah memfardhukan shaum di bulan Ramadhan kepada kalian dan aku syari’atkan kepada kalian agar mendirikannya (dengan shalat tarawih). Barangsiapa yang mempuasai dan mendirikannya karena iman dan mengharapkan ridha Allah swt niscaya ia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari ia dikeluarkan dari ibunya”.

5. Allah swt sangat menghargai aktifitas positif seorang muslim di bulan Ramadhan dengan menawarkan pahala yang luar biasa kepada kaum muslimin yang melakukannya (amalan sunnah di bulan Ramadhan sama dengan amalan wajib di bulan lain, 1 amal diganjar 70 kali lipat)

6. Ramadhan dikatakan bulan kesabaran (Syahrul Shabri). Dalam suatu hadits rasul saw menggambarkan puasa sebagai separuh kesabaran (Nisfu sabri) dan ganjarannya adalah surga.

7. Ramadhan adalah bulan memberikan pertolongan (Syarul Muwasah) Rasul saw bersabda :”tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur nyenyak dan kenyang di malam hari sementara tetangganya kelaparan padahal ia mengetahui hal itu”.

8. Ramadhan adalah bulan dimana Allah menambahkan rizkinya kepada seorang mu’min.

9. Memberikan makan untuk berbuka bagi mereka tindakan yang sangat bernilai dan dihargai oleh Allah swt secara luar biasa dengan 3 penghargaan sekaligus :

- menjadi ampunan bagi dosa-dosanya

- pembebasan dari api neraka

- diberi pahala setara dengan orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan.

10. Ramadhan adalah bulan yang hari-hari pertamanya adalah rahmat (kasih sayang) Allah swt kepada kaum muslimin, hari-hari pertengahannya adalah hari pengampunan dan hari-hari terakhirnya adalah pembebasan kaum muslimin dari api neraka.

11. Meringankan beban orang yang dikuasainya (mamluq/dulu seperti budak, barangkali sekarang bisa dikatakan pegawai dan bawahan).

12. Empat perkara yang dipesankan Rasul saw agar diperbanyak kaum muslimin di bulan Ramadhan. Dua perkara dari yang 4 itu bersifat menyenangkan Allah SWT yakni kaum muslimin meyakini dengan sesungguhnya bahwa tiada tuhan selain Allah dan mereka memohon ampunan kepada –Nya. Dua perkara sisanya sangat dibutuhkan kaum muslimin yakni mereka memohon surga-Nya dan berlindung dari api neraka. Dianjurkan memperbanyak membaca kalimat “Asyhaduanlaailahaillallah. Astaghfirullah. As’alukal jannata wa a’uzubika minannaar”.

13. Yang memberi minum kepada orang yang berpuasa mendapatkan penghargaan yang tak terbayangkan olehnya yakni mendapatkan minuman dari Allah SWT di akhirat nanti dengan minuman dari telaga (haud) Rasulullah saw yang dia tidak merasa haus lagi sesudahnya hingga ia masuk surga.

Menyadari hakikat puasa Ramadhan yang tidak lain adalah penggemblengan mental, fisik dan intelektual kita dalam rangka meningkatkan kadar ketaqwaan kita sehingga benar-benar lolos dalam medan ujian kehidupan dunia ini dengan predikat muttaqin.

Jika demikian kesadaran kita hendaknya kita menjalani ibadah puasa kira di bulan Ramadhan ini dengan memenuhi dan menyempurnakan rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya.

Janganlah kita sampai terjatuh pada perkara-perkara yang membatalkan puasa maupun yang membuat puasa kita sia-sia.


Doa Harian Bulan Ramadhan

Ramadhan memang bulan penuh berkah. Di bulan inilah Allah SWT menjanjikan banyak kesempatan bagi Umat Islam untuk memperbaiki dan introspeksi agar mencapai ketakwaan.

Dibulan ini pula diturunkan malam kemuliaan yaitu Lailatul Qodar yang nilainya setara dengan 1000 bulan.


Doa hari – 1

Yaa Allah! Jadikanlah puasaku sebagai puasa orang-orang yang benar-benar berpuasa. Dan ibadah malamku sebagai ibadah orang-orang yang benar-benar melakukan ibadah malam. Dan jagalah aku dan tidurnya orang-orang yang lalai. Hapuskanlah dosaku ... Wahai Tuhan sekalian alam!! Dan ampunilah aku, Wahai Pengampun para pembuat dosa.

Doa hari – 2

Yaa Allah! Dekatkanlah aku kepada keridloan-MU dan jauhkanlah aku dan kemurkaan serta balasan-MU. Berilah aku kemampuan untuk membaca ayat-ayat-MU dengan rahmat-MU, Wahai Maha Pengasih dari semua Pengasih!!

Doa hari - 3

Yaa Allah! Berikanlah aku rizki akal dan kewaspadaan, dan jauhkanlah aku dari kebodohan dan kesesatan. Sediakanlah bagian untukku dari segala kebaikan yang KAU turunkan, demi kemurahan-MU, Wahai dzat Yang Maha Dermawan dari semua dermawan!

Doa hari - 4

Yaa Allah! Berikanlah kekuatan kepadaku, untuk menegakkan perintah-perintah-MU, dan berilah aku manisnya bendzikir mengingat-MU. Berilah aku kekuatan untuk menunaikan syukur kepada-MU, dengan kemuliaan-MU. Dan jagalah aku dengan penjagaan-MU dan perlindungan-MU, Wahai dzat Yang Maha Melihat.

Doa hari – 5

Yaa Allah! Jadikanlah aku diantara orang-orang yang memohon ampunan, dan jadikanlah aku sebagai hamba-MU yang sholeh dan setia serta jadikanlah aku diantara Auliya'-MU yang dekat disisi-MU, dengan kelembutan-MU, Wahai dzat Yang Maha Pengasih di antara semua pengasih.

Doa hari – 6

Yaa Allah! Janganlah Engkau hinakan aku karena perbuatan maksiat terhadap-MU, dan janganlah Engkau pukul aku dengan cambuk balasan-MU. Jauhkanlah aku dari hal-hal yang dapat menyebabkan kemurkaan-MU, dengan anugerah dan bantuan-MU, Wahai puncak keinginan orang-orang yang berkeinginan!

Doa hari – 7

Yaa Allah! Bantulah aku untuk melaksanakan puasanya, dan ibadah malamnya. Jauhkanlah aku dari kelalaian dan dosa-dosanya. Dan berikanlah aku dzikir berupa dzikir mengingat-MU secara berkesinambungan, dengan Taufiq-MU, Wahai Pemberi Petunjuk orang-onang yang sesat.

Doa hari – 8

Yaa Allah! Berilah aku rizki berupa kasih sayang tenhadap anak-anak yatim dan pemberian makan, serta penyebaran salam, dan pergaulan dengan orang-onang mulia, dengan kemuliaan-MU, Wahai tempat berlindung bagi orang-orang yang berharap.

Doa hari – 9

Yaa Allah! Sediakanlah untukku sebagian dari rahmat-MU yang luas, dan berikanlah aku petunjuk kepada ajaran-ajaran-MU yang terang, dan bimbinglah aku menuju kepada kerelaan-MU yang penuh dengan kecintaan-MU, Wahai harapan orang-orang yang rindu.

Doa hari – 10

Yaa Allah! Jadikanlah aku diantara orang-orang yang bertawakkal kepada-Mu, dan jadikanlah aku diantara orang-orang yang menang disisi-MU, dan jadikanlah aku diantara orang-orang yang dekat kepada-MU dengan ihsan-MU, Wahai Tujuan orang-orang yang memohon.

Doa hari – 11

Yaa Allah! Tanamkanlah dalam diriku kecintaan kepada perbuatan baik, dan tanamkanlah dalam diriku kebencian terhadap kemaksiatan dan kefasikan. Jauhkanlah dariku kemurkaan-MU dan api neraka dengan pertolongan-MU, Wahai Penolong orang-orang yang meminta pertolongan.

Doa hari – 12

Yaa Allah! Hiasilah diriku dengan penutup dan kesucian. Tutupilah diriku dengan pakaian qana'ah dan kerelaan. Tempatkanlah aku di atas jalan keadilan dan sikap tulus. Amankanlah diriku dari setiap yang aku takuti dengan penjagaan-MU, Wahai penjaga orang-orang yang takut.

Doa hari – 13

Yaa Allah! Sucikanlah diriku dari kekotoran dan kejelekan. Berilah kesabaran padaku untuk menenima segala ketentuan. Dan berilah kemampuan kepadaku untuk bertaqwa, dan bergaul dengan orang-orang yang baik dengan bantuan-MU, Wahai Dambaan orang-orang miskin.

Doa hari – 14

Yaa Allah! Janganlah.Engkau hukum aku, karena kekeliruan yang kulakukan. Dan ampunilah aku dari kesalahan-kesalahan dan kebodohan. Janganlah Engkau jadikan diriku sebagai sasaran bala' dan malapetaka dengan kemualian-MU, Wahai Kemulian kaum Muslimin.

Doa hari – 15

Yaa Allah! Berilah aku rizki berupa ketaatan orang-orang yang khusyu'. Dan lapangkanlah dadaku
dengan taubatnya orang-orang yang menyesal, dengan keamanan-MU, Wahai Keamanan untuk orang-orang yang takut.

Doa hari – 16

Yaa Allah! Berilah aku kemampuan untuk hidup sebagaimana kehidupan orang-orang yang baik. Dan jauhkanlah aku dari kehidupan bersama orang-orang yang jahat. Dan naungilah aku dengan rahmat-MU hingga sampai kepada alam akhirat. Demi ketuhanan-MU Wahai Tuhan seru sekalian alam.

Doa hari – 17

Yaa Allah! Tunjukkanlah aku kepada amal kebajikan dan penuhilah hajat serta cita-cita-ku. Wahai Yang Maha Mengetahui keperluan, tanpa pengungkapan permohonan. Wahai Yang Maha Mengetahui segala yang ada didalam hati seluruh isi alam. Shalawat atas Mohammad dan keluarganya yang suci.

Doa hari – 18

Yaa Allah! Sedarkanlah aku akan berkah-berkah yang terdapat di saat saharnya. Dan sinarilah hatiku dengan terang cahayanya dan bimbinglah aku dan seluruh anggota tubuhku untuk dapat mengikufi ajaran-ajarannya, Demi cahaya-Mu Wahai Penerang hati para arifin.

Doa hari – 19

Yaa Allah! Penuhilah bagianku dengan berkah-berkahnya, dan mudahkanlah jalanku menuju kebaikan-kebaikannya. Janganlah Kau jauhkan aku dari ketertedmaan kebaikan-kebaikannya, Wahai Pembeda petunjuk kepada kebenaran yang terang.

Doa hari – 20

Yaa Allah! Bukakanlah bagiku pintu-pintu surga dan tutupkanlah bagiku pintu-pintu neraka, dan berikanlah kemampuan padaku untuk membaca al-Qur’an Wahai Penurun ketenangan di dalam hati orang-orang Mu'min.

Doa hari – 21

Yaa Allah! berilah aku petunjuk menuju kepada keridhoan-MU. Dan janganlah Engkau beri jalan kepada setan untuk menguasaiku. Jadikanlah sorga bagiku sebagai tempat tinggal dan peristirahatan, Wahai Pemenuh kepenluan orang-orang yang meminta.

Doa hari – 22

Yaa Allah! Bukakanlah bagiku pintu-pintu karunia-MU, turunkan untukku berkah-berkah-Mu. Berilah kemampuan untukku kepada penyebab-penyebab keridhoan-MU, dan tempatkanlah aku di dalam surga-MU yang luas, Wahai Penjawab doa orang-orang yang dalam kesempitan.

Doa hari – 23

Yaa Allah! Sucikanlah aku dari dosa-dosa, dan bersihkanlah diriku dari segala aib. Tanamkanlah
ketaqwaan di dalam hatiku, Wahai Penghapus kesalahan orang-orang yang berdosa.

Doa hari – 24

Yaa Allah! Aku memohon kepada-MU hal-hal yang mendatangkan keridhoan-MU, dan aku berlindung dengan-MU dan hal-hal yang mendatangkan kemarahan-MU, dan aku memohon kepada-MU kemampuan untuk mentaati-MU serta menghindani kemaksiatan tenhadap-MU, Wahai Pemberi para peminta.

Doa hari – 25

Yaa Allah! Jadikanlah aku orang-orang yang mencintai Auliya’-MU dan memusuhi musuh-musuh-MU. Jadikanlah aku pengikut sunnah-sunnah penutup Nabi-MU, Wahai Penjaga hati para Nabi.

Doa hari – 26

Yaa Allah! Jadikanlah usahaku sebagai usaha yang disyukuri, dan dosa-dosaku diampuni, amal perbuatanku diterima, dan seluruh aibku ditutupi, Wahai Maha Pendengar dan semua yang mendengar.


Doa hari – 27

Yaa Allah! Rizkikanlah kepadaku keutamaan Lailatul Qadr, dan ubahlah perkara-perkaraku yang sulit menjadi mudah. Terimalah permintaan maafku, dan hapuskanlah dosa dan kesalahanku, Wahai Yang Maha Penyayang terhadap hamba-hambanya yang sholeh.

Doa hari – 28

Yaa Allah! Penuhkanlah hidupku dengan amalan-amalan Sunnah, dan muliakanlah aku dengan terkabulnya semua permintaan. Dekatkanlah perantaraanku kepada-MU diantara semua perantara, Wahai Yang tidak tersibukkan oleh permintaan orang-orang yang meminta.

Doa hari – 29

Yaa Allah! Liputilah aku dengan rabmat dan berikanlah kepadaku Taufiq dan penjagaan. Sucikanlah hatiku dan noda-noda fitnah wahai pengasih terhadap hamba-hamba-NYA yang Mu'min.

Doa hari – 30

Yaa Allah! Jadikanlah puasaku disertai dengan syukur dan penerima di atas jalan keridhoan-MU dan keridhoan Rasul. Cabang-cabangnya kokoh dan kuat berkat pokok-pokoknya, Demi kenabian Mohammad dan keluarganya yang suci, dan segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.


Lailatul Qadar

Lailatul Qadar?

Lailatul Qadar atau malam kemuliaan adalah malam yang dikabarkan oleh Allah SWT sebagai malam kemuliaaan, dimana nilai keberkahan malam itu lebih baik daripada seribu bulan. Malam dimana para malaikat dan malaikat Jibril turun kedunia menebarkan salam hingga terbit fajar. Secara tegas dan jelas Allah SWT menerangkan malam itu dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al Qadr 1-5).

Berkaitan dengan sebab turunnya ayat (sabab nuzul) tersebut diriwayatkan Rasulullah menceritakan kepada para sahabat bahwa di masa lalu ada pemuda Bani Israil yang berjihad di siang hari dan beribadah qiyamul lail di malam hari selama seribu bulan berturut-turut. Para sahabat pun berdecak kagum terhadap amalan pemuda bani Israil itu dan membayangkan betapa besar pahala orang itu. Namun Rasulullah saw. menyebutkan adanya pahala yang lebih besar dari itu, yakni amal ibadah seorang mukmin pada suatu malam yang disebut lailatul qadar.

Di samping itu lailatul qadar juga disebut oleh Allah SWT sebagai malam keberkahan (lailatul mubaarakah). Allah SWT berfirman:

“sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. (QS. Ad Dukhan 3).

Keistimewaan Lailatul Qadar?

Apa keistimewaan malam itu sehingga memperoleh kedudukan yang sangat tinggi? Ada dua sebab penting. Pertama, karena pada malam itulah diturunkannya Al Qur'an sebagaimana firman Allah:

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)" (QS. Al Baqarah 185).

Sedangkan Al Qur'an memberikan kehidupan baru bagi umat manusia, sehingga malam itu adalah awal dimulainya kehidupan baru bagi manusia sehingga layak sekali dijadikan hari yang mulia. Abu Bakar Al Warraq mengatakan : "Malam itu dinamakan lailatul qadar karena pada malam itu turun Al Qur'an yang mempunyai kedudukan yang tinggi, dibawa oleh malaikat yang memiliki derajat yang tinggi, kepada Rasul yang mempunyai derajat yang tinggi, untuk disampaikan kepada umat yang tinggi pula".

Kedua, pada malam itulah turun banyak sekali malaikat yang disertai Jibril a.s. untuk memberikan ucapan keselamatan (tahiyyat) kepada orang-orang yang berpuasa (shaimin) yang ikhlas (mukhlisin) dan untuk menyaksikan amal ibadah mereka, serta untuk menebarkan salam dan rahmat di antara penduduk bumi.

Oleh karena itu, malam itu juga disebut "malam keselamatan" (lailatus salam) atau malam kemuliaan (lailatus syaraf). Juga dinamakan lailatut tajalli dimana Allah SWT melimpahkan cahaya dan hidayah-Nya untuk para hamba-Nya, orang-orang yang shaum (shaimin), dan orang-orang yang beribadat malam.

Ada yang menyatakan bahwa bilangan malaikat yang turun ke bumi pada malam itu lebih banyak dari pasir. Allah menerima taubat segala orang yang bertaubat pada malam itu. Pada malam itu dibuka segala pintu langit sejak terbenamnya matahari sampai kembali terbit. Lalu para malaikat itu menancapkan panji-panji di empat tempat, pertama di sisi Ka'bah; kedua di sisi kubur Rasulullah; ketiga di sisi Masjid Al Aqsha di Baitul Maqdis; dan keempat di sisi Masjid Tursina. Kemudian mereka bertebaran ke seluruh pelosok bumi, memasuki rumah-rumah orang mukmin sambil bertasbih, bertahlil, bertaqdis, dan memohon ampunan buat umat Muhammad saw. (lihat Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Puasa, 242-243).

Memang keistimewaan lailatul qadar ini tak bisa dikhayalkan besarnya, sebab memang turunnya adalah sebagai bagian dari syari'at Allah SWT yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. yang kedatangannya merupakan rahmat Allah bagi seluruh alam. Allah SWT berfirman:

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" ( Al Anbiyaa' 107)

Juga firman-Nya:

“(1) Haa Miim (2) Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan, (3) sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (4) Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (5) (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, (6) sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” ( Ad Dukhan 1-6)

Di dalam kitab Syu'abul Iman diriwayatkan suatu hadits oleh Imam Baihaqi dari Anas r.a. yang berkata: "Rasulullah saw. bersabda: Bila datang lailatul qadar, turunlah Jibril bersama rombongan angkatan malaikat yang jumlahnya besar sekali. Mereka bershalawat kepada segala hamba yang berdiri maupun yang sedang duduk menyebut nama Allah. Apabila telah datang hari raya, Allah SWT membanggakan diri kepada para Malaikat dengan hamba-Nya itu. Allah berfirman: 'Hai malaikat-Ku! Apakah balasan buat seorang pekerja yang telah menyempurnakan pekerjaannya? Para malaikat menjawab: Ya Rabbana, balasannya adalah disempurnakan upahnya. Allah berfirman: Wahai malaikat-Ku, para hamba-Ku, baik lelaki maupun perempuan telah menyelesaikan fardlu yang telah Kuwajibkan atas mereka. Kemudian mereka keluar ke tanah lapang untuk berdoa. Demi kebesaran-Ku, keagungan-Ku, kemulian-Ku, ketinggian-Ku, dan ketinggian tempat-Ku, Aku akan memperkenankan doa mereka. Kemudian Allah berfirman kepada para hamba-Nya: 'Kembalilah kalian, sungguh Aku telah gantikan keburukanmu dengan kebaikan".

Kapan saat Lailatul Qadar ?

Jelas malam turunnya Lailatul Qadar adalah pada bulan Ramadlan. Hanya saja, pada malam keberapa? Inilah yang dirahasiakan oleh Rasulullah saw. Beliau hanya memberikan isyarat untuk mencarinya pada sepuluh malam terakhir. Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al Muwattha' dari Abi Said Al Khudri yang berkata:

"Adalah Rasulullah SAW. beri'tikaf pada puluhan yang kedua dari bulan Ramadhan. Pada suatu tahun setelah sampai beliau pada malam 21 yang seharusnya beliau keluar dari i'tikaf pada pagi harinya, beliau berkata: "Barang siapa turut beri'tikaf bersamaku, hendaklah beri'tikaf pada puluhan yang akhir. Sungguh telah diperlihatkan kepadaku malam al-qodar. Kemudian aku dijadikan lupa. Aku bersujud pada paginya di air dan tanah. Karena itu carilah dia di puluhan yang akhir, carilah dia di tiap-tiap malam yang ganjil. Berkata Abu Said: "Maka turunlah hujan pada malam itu, sedangkan masjid diatapi dengan daun korma dan meneteslah air ke lantai. Kedua mataku melihat Rasulullah kembali dari masjid, sedangkan pada dahinya nampak bekas air dan tanah, yaitu malam 21."

Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dari Aisyah bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Carilah dengan segala daya upaya malam al-qodar di malam-malam ganjil dari sepuluhan yang akhir dari bulan Ramadhan."

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Umar bahwa Nabi bersabda:

"Maka barang siapa yang hendak mencari malam al-qodar, zarilah pada malam tujuh yang akhir.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Umar bahwa Nabi bersabda:

"Carilah lailatul qodar pada sepuluhan yang akhir; jika seseorang kamu lemah mencari, maka janganlah kamu kalah dalam mencari pada tujuh yang akhir.

Imam Qurthubi menyebut jumhur ulama berpendapat bahwa lailatul qadar itu jatuh pada malam ke 27 mengingat hadits Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ubai bin Ka'ab yang berkata:

"Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Malam al Qadar adalah malam keduapuluh tujuh".


Keutamaan Sholat Terawih

Keutamaan shalat tarawih atau shalat tahajud pada bulan Ramadhan ini disebutkan dalam sebuah hadis sebagai berikut. Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa dia berkata: Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda;

Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.

Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.

Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah 'Arsy:"Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat".

Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).

Pada malam kelima, Allah Ta'ala memberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.

Pada malam keenam, Allah Ta'ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.

Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir'aun dan Haman.

Pada malam kedelapan, Allah Ta'ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahin a.s.

Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allag Ta'ala sebagaimana ibadatnya Nabi SAW.

Pada Malam kesepuluh, Allah Ta'ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.

Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.

Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.

Pada malam ketigabelas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.

Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.

Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.

Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.

Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.

Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, "Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu."

Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.

Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).

Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.

Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.

Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.

Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.

Pada malam kedua puluh lima, Allah Ta'ala menghapuskan darinya azab kubur.

Pada malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.

Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.

Pada malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.

Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.

Dan pada malam ketiga puluh, Allah berfirman:"Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku" (HR Majalis).

Demikianlah, keutamaan shalat tarawih yang disebutkan oleh Rasulullah SAW.

Kemudian apakah arti tarawih itu? Kata tarawih adalah bentuk jamak dari kata tarwih, yang berasal dari kata raha yang artinya "mengambil istirahat". Shalat ini disebut shalat tarawih, karena orang yang menjalankan shalat ini mengambil istirahat sejenak setelah selesai salat sunnah ba'da isya dua rakaat. Shalat tarawih ini terdiri dari delapan rakaat, dibagi menjadi empat, masing-masing dua rakaat, kemudian dengan tiga rakaat shalat witir.

Sebenarnya shalat tarawih yang dilakukan di bulan Ramadhan merupakan shalat tahajjud yang dilaksanakan pada bulan-bulan biasa. Dengan kata lain, shalat tahajjud yang dilaksanakan dalam bulan Ramadhan itulah yang akhirnya menjelma menjadi shalat tarawih sekarang ini.

Rasulullah SAW sangat menaruh perhatian pada shalat tahajjud yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan ini. Dalam sebuah hadits, rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa bangun malam untuk menjalankan shalat dalam bulan Ramadhan, disertai iman, dan karena ingin memperoleh perkenan (ridha) ilahi, dosanya akan diampuni” (HR Bukhari).

Dan ada pula hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah membangunkan istri-istri beliau untuk menjalankan shalat tarawih (HR Bukhari). Kadang-kadang beliau pergi ke rumah putrinya, Siti Fatimah, dan suaminya, Sayyidina Ali k.w., supaya menjalankan shalat tahajjud bulan Ramadhan.

Demikian besarnya perhatian Rasulullah kepada shalat tahajjud dalam bulan Ramadhan, sehingga sebuah hadis menerangkan bahwa Rasulullah mempunyai sebuah kamar kecil di Masjid yang dibuat untuk beliau sendiri, dilengkapi dengan tikar, sebagai tempat menyendiri untuk menjalankan shalat tahajjud selama bulan Ramadhan. Pada suatu malam Rasulullah bangun untuk melaksanakan shalat tahajjud, tiba-tiba para sahabat yang berada di masjid melihat beliau, lalu mereka ikut bershalat, maka terjadilah shalat tarawih tersebut berjamaah, dengan Rasulullah sendiri sebagai imamnya. Pada malam berikutnya, orang-orang yang melakukan shalat tarawih berjamaah itu bertambah besar; dan pada malam ketiga, orang-orang yang ikut shalat tarawih berjamaah bertambah besar lagi. Tetapi pada malam keempat, Rasulullah tidak muncul untuk memimpin shalat tarawih berjamaah, sebab Rasulullah sangat khawatir, kalau-kalau kelak dikemudian hari, shalat tarawih itu akan dianggap sebagai shalat fardhu. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agarmenjalankan shalat tarawih di rumahnya masing-masing (HR Bukhari).

Dengan demikian, pada zaman Rasulullah, zaman Khalifah Abu Bakar, dan zaman permulaan Khalifah Umar, shalat tahajjud selama bulan Ramadhan dilakukan sendiri-sendiri di rumah masing-masing (HR Bukhari). Tetapi kemudian, Khalifah Umar mengadakan perubahan, yaitu shalat tahajjud pada bulan Ramadhan dilaksanakan secara berjamaah setelah melaksanakan shalat Isya. Umar bin Khattab sendiri mengatakan - seperti yang direkan oleh Imam Bukhari - bahwa perbuatannya itu adalah bid'ah, dan bahwa shalat yang dilakukan pada larut malam ketika orang-orang sedang tidur, itu lebih baik daripada shalat tarawih yang dilakukan pada permulaan malam. Walaupun demikian, bagi kebanyakan orang perubahan yang dilakukan oleh Khalifah Umar itu diterima dengan baik berdasarkan teladan Rasulullah SAW sendiri yang pernah melaksanakan shalat tahajjud berjamaah selama tiga malam berturut-turut.


Penutup

Demikian Risalah ini kami buat, semoga bisa menjadi masukan bagi kita semua untuk semakin memantapkan tekad dan semangat untuk beribadah sebanyak-banyaknya selama bulan Ramadhan yang sangat istimewa ini. Marilah kita memantapkan niat untuk menjalankan puasa pada bulan Ramadhan ini semaksimal mungkin, karena belum tentu tahun depan kita bisa menjumpai bulan yang penuh berkah ini.

Rasulullah SAW juga bersabda:

Alangkah kecewanya orang yang sejak tiba bulan Ramadhan hingga habis bulan tidak diberi ampunan”.
Orang yang seperti itu akan menyesal karena melalaikan ibadah dalam bulan Ramadhan; demikian pula pauasanya hampa belaka, karena tidak mendapat karunia ampunan Allah SWT.

Kita semua berharap bulan Ramadhan kali ini menjadikan kaum muslimin lebih baik kondisinya dari sebelumnya. Dan kita berharap semoga syari’at Islam bisa kembali diterapkan secara kaffah diatas bumi Allah ini.

Wallahu muwaffiq ila aqwamith thariiq.

Risalah ini diambil dari beberapa sumber, antara lain:

  1. http://www.al-islam.or.id
  2. Dikutip dari buku “Puasa Bersama Rasulullah” karangan Ibnu Muhammad, Penerbit Al Bayan, yang bisa kita lihat di http://www.myquran.com/
  3. Buletin Al Ihsan http://www.geocities.com/alihsanku/

INDAHNYA RAMADHAN

Orang yang memahami indahnya bulan Ramadhan tentu akan merasa sangat bersedih, betapa hari-hari puasa seakan cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin kita memulai, tak terasa, sekarang sudah berjalan separuh. Tentu sebentar lagi pula, Ramadhan dengan segenap keindahan, keberkahan, dan kemuliaannya akan meninggalkan kita. Bila umur kita panjang, tahun depan atau 11 bulan lagi kita baru akan bertemu lagi dengan bulan Ramadhan.

Ramadhan Bulan Ampunan

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah Allah SWT membuka peluang lebar-lebar bagi kita untuk membersihkan dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan asal kita melaksanakan puasa Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas serta tidak melakukan dosa-dosa besar. Tentang hal ini, Nabi menyatakan:

«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ اْحتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Ahmad).

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan menghapus dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi. (HR Muslim).

Saking bersihnya kita dari dosa, sekeluar kita dari Ramadhan, kita digambarkan bagaikan baru dilahirkan kembali oleh ibu kita.

«فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَانًا وَ اْحتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ»

Siapa saja yang berpuasa dan shalat malam (tarawih) karena iman dan ikhlas akan keluar dari dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya. (HR Ibn Majah dan al-Baihaqi).

Begitu mudahkah Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita? Jawabnya, ya. Yakinlah, Allah SWT pasti akan menerima tobat kita.

«إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ»

Sesungguhnya Allah pasti menerima tobat hamba-Nya selama belum mengalami sakratulmaut. (HR at-Tirmidzi).

Bahkan dalam hadis yang lain dijelaskan bahwa Allah SWT sesungguhnya sangat bergembira menyaksikan hambanya yang—meski berlumuran dosa—datang untuk bertobat lebih bergembira dibandingkan dengan orang yang dalam perjalanan di padang pasir menemukan kembali ontanya yang penuh perbekalan, yang sebelumnya hilang.

Muslim yang baik bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, karena itu tidak mungkin. Sudah menjadi tabiat manusia melakukan kesalahan dan kekhilafan. Di samping dorongan hawa nafsu dan tarikan lingkungan juga karena memang setan telah berjanji akan terus menggoda manusia. Akan tetapi, kata Nabi, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bersegera bertobat.

«كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ»

Setiap manusia berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat. (HR Ad-Darimi).

Jadi, sudahkan Anda bertobat? Alhamdulillah bila sudah. Salah satu syarat tobat kita diterima Allah adalah, seperti dalam ayat di atas, kita berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan itu. Di sinilah peran penting puasa yang disebut Nabi bagaikan benteng untuk kita tidak melakukan kesalahan.

«الصِّيَامُ جُنَّةٌ»

Puasa bagaikan benteng (yang mencegah perbuatan keji dan mungkar). (HR al-Bukhari).

Kemuliaan Ramadhan

Ramadhan memang bulan mulia. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Dalam bulan Ramadhan pula diturunkan al-Quran sebagai petunjuk hidup manusia, penjelas dan pembeda antara yang haq dan yang batil.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelas dari petunjuk itu, dan pembeda. (QS al-Baqarah [2]: 185).

Begitu banyak pujian Allah untuk bulan Ramadhan dan keistimewaan yang diberikan Allah untuk orang-orang yang berpuasa. Berbeda dengan ibadah yang lain, puasa dinyatakan untuk Allah sendiri:

«كُلُّ عَمَلِ اْبنِ أَدَمِ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَ أَنَا اَجْزِى بِهِ»

Setiap amal manusia untuknya kecuali puasa. Puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membelasnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Bahkan dikatakan, bau mulut orang yang berpuasa (dan itu wajar karena seharian tidak kemasukan makanan atau minuman) ternyata pada sisi Allah lebih harum daripada bau minyak kesturi.

«فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلْفَةُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ»

Sungguh, demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada Hari Kiamat daripada wangi minyak kesturi. (HR Muslim).

Dalam bulan Ramadhan, Allah yang Maha Pemurah menjadi lebih pemurah lagi. Dilipatkangandakan-Nya perhitungan pahala orang yang berbuat kebajikan. Siapa saja yang melakukan ibadah sunnah dihitung melakukan kewajiban dan yang melakukan kewajiban dilipatkangandakan pahalanya 70 kali dibandingkan dengan melakukan kewajiban di luar bulan Ramadhan.

«مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِكَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ، كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ»

Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan kebajikan (sunnah), dinilai sama melakukan fardhu di bulan lain. Siapa saja yang melakukan fardhu, dinilai 70 kali melakukan fardhu di bulan lain. (HR Ibn Khuzaimah).

Bahkan Allah juga akan menambah rezeki orang-orang beriman di bulan puasa ini.

«قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ مُبَارَكٌ شَهْرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ وَشَهْرٌ يُزَادُ فِى رِزْقِ الْمُؤْمِنِ فِيْهِ»

Sesungguhnya engkau akan dinaungi bulan yang senantiasa besar lagi penuh berkah, bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar pahalanya surga. Ramadhan adalah bulan pemberian pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang Mukmin. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dikatakan juga bahwa puasa memberikan kebahagiaan kepada yang melakukan, yakni ketika berbuka dan ketika bertemu Allah SWT kelak.

«وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ»

Untuk orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: ketika berbuka, ia senang dengan bukanya; ketika berjumpa dengan Allah kelak, ia senang dengan puasanya. (HR Muslim).

Benar sekali. Sepanjang hidup kita, tak terhitung sudah kita makan berbagai makanan. Akan tetapi, mengapa setiap berbuka, kita merasakan sesuatu yang berbeda. Ada perasaan lega, syukur, nikmat dan bahagia yang tak terkatakan. Semua itu tentu hanya bisa dirasakan oleh orang yang menjalankan puasa. Tidak aneh, saat berbuka adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh siapapun yang berpuasa.

Tentang kebahagiaan kedua, yakni saat bertemu dengan Allah, Nabi menyatakan bahwa puasa akan memberikan syafaat (pertolongan) kepada yang melakukannya dan menghindarkannya dari jilatan api neraka.

«اََلصِّيَامُ وَالْقُرْانُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ اَلصِّيَامُ: اِيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَاوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ»

Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat pada Hari Kiamat. Berkata Puasa, “Ya Tuhan, Engkau larang hamba-Mu makan dan memuaskan syahwat pada siang hari, dan sekarang ia meminta syafaat padaku karena itu.” (HR Ahmad).

»«مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

Tidak berpuasa seorang manusia satu hari dalam jihad fi sabilillah kecuali dengan itu Allah menghindarkan dirinya dari neraka selama tujuh puluh tahun. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Tentang indahnya bulan Ramadhan, Nabi yang mulia mengatakan:

«لَوْ تَعْلَمُ أُمَّتِيْ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّى سَنَّةً كُلَّهُ رَمَضَانَ»

Seandainya manusia mengetahui kebaikan-kebaikan bulan Ramadhan, niscaya mereka mengharapkan sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan. (HR Ibn Abi Dunya).

Bagaimana dengan kita, apakah juga mengharapkan sepanjang tahun menjadi bulan Ramadhan?

Dapat Apa?

Pertanyaan penting setelah kita melaksanakan puasa Ramadhan sekian hari lamanya adalah, apa yang sudah kita dapatkan dari puasa kali ini? Jawabannya tentu berpulang pada bagaimana kita memaknai puasa Ramadhan itu sendiri. Bila puasa dimaknai sekadar tidak makan dan minum serta tidak melakukan yang membatalkan puasa, tentu hanya itu pula yang bakal didapat. Puasa memang merupakan ibadah dalam bentuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman serta tidak melakukan hal yang membatalkan puasa pada siang hari Ramadhan. Itu betul. Akan tetapi, Nabi sendiri menyatakan:

«لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ اْلأَكْلِ وَ الشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَ الرَّفَثِ»

Bukanlah puasa dari sekadar menahan makan dan minum tapi puasa yang sesungguhnya adalah menahan dari laghwu dan rafats. (HR Ibn Khuzaimah).

Itu menunjukkan bahwa ada makna yang lebih dalam dari sekadar menahan lapar dan dahaga.

Selama puasa, kita dilarang makan dan minum serta berhubungan seksual dengan istri atau suami kita. Padahal, makanan dan minuman itu halal, serta suami atau istri pun juga halal. Ternyata, dengan tekad dan kemauan yang besar, kita bisa. Nah, bila untuk menjauhi yang halal saja bisa, mestinya dengan tekad yang sama, semua perkara yang haram, lebih bisa lagi kita ditinggalkan.

Puasa Ramadhan memang adalah bulan riyâdhah (latihan) untuk meningkatkan kemauan kita untuk taat kepada aturan Allah. Bila berhasil, kelak di penghujung bulan Ramadhan kita benar-benar bisa disebut muttaqîn (orang yang bertakwa), yakni orang yang mempunyai kemauan yang kuat untuk senantiasa melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Artinya, semestinya pada bulan lain setelah Ramadhan, kita menjadi lebih taat kepada syariat-Nya.

Lalu, mengapa kenyataannya tidak demikian? Tetap saja, kemaksiatan terjadi di mana-mana. Karena negeri ini rakyatnya mayoritas Muslim, pelaku kejahatan juga tentu kebanyakan Muslim. Pelacuran dan perjudian marak di mana-mana; pornografi dan pornoaksi tetap saja terjadi; korupsi makin menjadi-jadi; dan sebagainya. Jika demikian, mana pengaruh puasa yang setiap tahun dilaksanakan?

Kita ternyata memang selama ini kurang peduli terhadap esensi ibadah. Shalat rajin, maksiat juga rajin. Haji ditunaikan, korupsi digalakkan. Bacaan al-Quran dilombakan, tetapi ajarannya dilecehkan. Benarlah kata Nabi:

«رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ»

Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan betapa banyak orang yang menghidupkan malam tidak mendapatkan apa-apa kecuali begadangnya saja. (HR Ibn Majah).

Mau sampai kapan kita begini terus? Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb